Perubahan cuaca ekstrem beberapa tahun terakhir membuat siklus musim di Indonesia mengalami perubahan. Biasanya, bulan April sampai September di Indonesia adalah periode musim kemarau, sedangkan Oktober-Maret musim penghujan.
Cuaca ekstrem umumnya ditunjukkan dalam berbagai bentuk bencana seperti, banjir bandang akibat curah hujan tinggi, bencana angin puting beliung, hingga fenomena hujan es. Apa sebenarnya yang menyebabkan terjadinya cuaca ekstrem ini? Bagaimana pula kita bisa menghadapinya? Yuk simak penjelasan lengkapnya di sini!
Apa Penyebab Terjadinya Cuaca Ekstrem?
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan peringatan dini terkait cuaca ekstrem ke masyarakat pada 21 Mei 2022. BMKG menyebutkan cuaca ekstrem berupa hujan lebat dan angin kencang, serta kilat atau petir bisa terjadi pada 20-22 Mei 2022.
Bibit siklon tropis disebut menjadi penyebab perubahan cuaca ekstrem yang terjadi di Indonesia pada periode tersebut. Siklon tropis adalah badai yang terjadi di laut dan berpotensi meningkatkan gelombang tinggi, hujan lebat, dan angin kencang. Siklon tropis sering muncul di perairan air laut daerah tropis maupun subtropis dengan suhu permukaan air laut yang hangat.
Seharusnya, siklon tropis jarang terjadi di wilayah iklim tropis seperti Indonesia. Walaupun terjadi, Indonesia hanya terkena bagian ekor dari siklon saja. Namun, kini bibit siklon justru muncul di beberapa wilayah Indonesia.
Tanda-tanda Perubahan Cuaca Ekstrem
Pertama, suhu udara akan terasa sangat panas dan gerah sehari sebelum cuaca ekstrem terjadi. Udara panas ini disebabkan radiasi matahari yang cukup kuat.
Kedua, awan Cumulus yang berbentuk putih berlapis-lapis muncul. Lalu, perlahan, awan Cumulus dengan tepi terlihat abu-abu dan menjulang tinggi seperti bunga kol muncul.
Ketiga, awan Kumulus itu pun berubah cepat menjadi Cumulonimbus yang berwarna abu-abu cenderung hitam.
Keempat, udara mulai mendingin (bukan menyejuk) dan disertai angin yang perlahan mulai kencang hingga menggerakkan ranting dan dahan pohon sekitar.
Kelima, tiba-tiba terjadi hujan deras hari pertama di beberapa wilayah. Adapun, wilayah yang diterpa hujan gerimis berarti ada kejadian angin kencang yang terjadi di wilayah sekitarnya.
Namun, jika tidak kunjung turun hujan selama 1-3 hari berturut-turut pada periode itu, berarti ada potensi hujan lebat beserta angin kencang hingga puting beliung bisa terjadi sebagai tanda perubahan cuaca ekstrem.
Keenam, hujan es bisa terjadi jika awan Cumulonimbus yang terbentuk memiliki suhu dingin hingga minus 80 derajat celcius. Hujan es turun karena suhu permukaan bumi juga rendah, tapi jika suhu cukup panas, es itu akan menjadi hujan seperti biasa.
Apa yang Bisa Dilakukan Untuk Mencegah Terjadinya Perubahan Cuaca Ekstrem
Namun, kita tidak perlu khawatir. Ada tiga upaya yang bisa mulai dilakukan untuk mencegah atau setidaknya mengurangi cuaca ekstrem yang terjadi di dunia.
1. Mulai Transisi Lebih Cepat Menggunakan Renewable Energy atau Energi Terbarukan
Salah satu penyebab cuaca ekstrem adalah meningkatnya emisi gas rumah kaca yang merupakan akibat dari penggunaan bahan bakar fosil seperti, minyak bumi (bensin, solar, dan lainnya) hingga batu bara yang terkenal sebagai komoditas energi murah sehingga banyak digunakan industri.
Walau murah, energi fosil itu menghasilkan karbon berupa asap yang menyebabkan panas matahari yang masuk ke bumi tertahan di atmosfer bumi karena emisi gas rumah kaca di udara yang membentuk awan tipis. Akhirnya, panas matahari yang terjebak di atmosfer membuat suhu bumi meningkat.
Untuk itu, penggunaan energi terbarukan dapat menjadi solusi untuk mengurangi efek gas rumah kaca tersebut. Energi terbarukan ini adalah energi yang tidak akan mengalami penurunan jumlahnya dalam jangka panjang (berbeda dengan bahan bakar fosil yang terbatas). Beberapa alternatif energi baru terbarukan antara lain, gas alam, panas bumi, tenaga angin, tenaga air, hingga pengembangan bahan bakar berbasis hidrogen.
2. Penanaman Pohon Skala Besar
Penanaman pohon dalam skala besar juga menjadi cara utama untuk mencegah terjadinya perubahan iklim yang membuat perubahan cuaca ekstrem.
Hal ini karena pohon memiliki fungsi meredam emisi gas rumah kaca yang jadi penyebab pemanasan global. Layaknya spons, pohon mampu menyerap karbon dioksida yang dihasilkan oleh aktivitas manusia.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) PBB menyarankan untuk menanam 1 miliar hektar pohon. Harapannya, pohon-pohon itu bisa membatasi kenaikan suhu bumi yang diprediksi naik 1,5 derajat celcius hingga 2050.
3. Mengurangi Polusi Lautan
Lautan menjadi bagian yang bisa berperan penting untuk mencegah perubahan iklim, tapi sering dilupakan. Malah, banyak terjadi pencemaran laut seperti dari partikel kimia, limbah industri, limbah pertambangan, limbah pertanian dan perumahan, hingga penggunaan bom di bawah laut yang merusak biota laut seperti terumbu karang dan sebagainya.
Padahal, biota laut seperti terumbu karang, hutan bakau, dan rumput laut berperan vital dalam menyerap karbon di bumi.
Selain itu, laut serta makhluk hidup di dalamnya juga berperan untuk menciptakan oksigen baru yang membuat udara bumi bisa menjadi lebih sejuk, seperti keberadaan pohon.
Namun, jika polusi laut terus terjadi, hal itu bisa membuat peran laut untuk meredam potensi perubahan iklim menjadi tidak optimal. Malah, laut yang kena polusi dan efek perubahan iklim bisa menjadi penyebab perubahan cuaca ekstrem seperti, meningkatkan intensitas badai hingga kenaikan permukaan air laut.
Nah, mau mencari tahu lebih lanjut soal energi baru dan terbarukan dan upaya untuk meredam risiko perubahan iklim, bahkan ikut berpartisipasi dalam berbagai project go green lewat token Anagata (AHA). Selain itu, untuk mengetahui informasi terkait dengan upaya penanggulangan krisis iklim, Anagatarians bisa mengunjungi Instagram dan Telegram token AHA.
Semoga ulasan ini bisa menjawab pertanyaanmu seputar perubahan cuaca ekstrem serta penyebab dan cara menanganinya ya!