Solusi Masalah Sampah di Indonesia, Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
Anagatarian, pengelolaan sampah telah menjadi masalah banyak daerah. Bahkan, tidak jarang terjadi polemik di daerah tempat pembuangan seiring dengan jumlah sampah yang semakin menumpuk. Padahal, dengan perkembangan teknologi saat ini, sampah bisa menjadi berguna, lho. Salah satunya melalui Pembangkit Listrik Tenaga Sampah.
Beberapa masalah pengelolaan sampah di Indonesia adalah karena produksi sampah yang berpotensi terus meningkat. Menteri Keuangan Sri Mulyani mencatat beberapa penyebab produksi sampah meningkat antara lain, pertumbuhan urbanisasi yang tinggi sekitar 1,4% per tahun.
Jumlah penduduk di perkotaan yang meningkat itu berkontribusi besar meningkatkan jumlah sampah.Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup, Indonesia mencatatkan jumlah sampah sebanyak 67,8 juta ton sepanjang 2020. Jumlah sampah itu diproyeksikan bakal melejit jadi 70,8 juta pada 2025 dan naik dua kali lipatnya lagi pada 2050.
Di sisi lain, ada beberapa solusi pengolahan sampah yang mulai dijalankan. Salah satunya lewat pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa).
Pemprov DKI Jakarta disebut telah menerima aset Pembangkit Listrik Tenaga Sampah dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada 21 Februari 2022. Nantinya, aset PLTSa itu akan ditempatkan di Bantargebang, yang merupakan tempat pengolahan sampah terpadu.
Jika sukses, PLTSa bisa menjadi solusi untuk 2 masalah sekaligus. Pertama, bisa membantu transisi pembangkit listrik energi fosil menjadi energi baru terbarukan. Kedua, bisa menyelesaikan permasalahan pengelolaan sampah di Indonesia.
Baca Juga: Contoh Sumber Energi Terbarukan
Cara Sampah Bisa Menghasilkan Energi Listrik
Sebenarnya, beberapa negara seperti, Denmark, Swiss, Amerika, dan Perancis sudah mulai mengolah sampah menjadi energi listrik. Bahkan, Denmark mencatat telah mengubah 54% sampahnya menjadi energi listrik.
Lalu, bagaimana cara sampah bisa menghasilkan energi listrik?
Pembangkit listrik tenaga sampah bakal melakukan beberapa tahap dalam mengubah sampah menjadi energi listrik.
Pertama, PLTSa bakal menjalankan proses konversi thermal atau pembakaran sampah hingga menghasilkan panas. Proses konversi thermal ini bisa dilakukan dengan melalui tiga tahap, yakni insinerasi, pirolisis, dan gasifikasi.
Konversi Thermal ini membakar dua komponen, yakni sampah dan gas metana sampah hingga semuanya menghasilkan panas.
Kedua, panas hasil konversi thermal akan digunakan untuk mengubah air menjadi uap dengan tekanan tinggi.
Ketiga, uap tekanan tinggi itu bakal digunakan untuk memutar turbin yang ada di PLTSa.
Keempat, turbin yang diputar itu pun terhubung dengan generator.
Kelima, generator yang terhubung dengan turbin bisa menghasilkan listrik yang siap digunakan oleh pihak konsumen.
Kelebihan dan Kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
Salah satu kelebihan utama PLTSa adalah salah satu sumber energi listrik yang sangat murah karena sumber dayanya dari sampah. Bahkan, ada yang mencatatkan kalau 100.000 ton sampah setara dengan 10.000 ton batu bara yang digunakan untuk pembangkit listrik tenaga uap konvensional.
Lalu, pembangkit listrik tenaga sampah juga bisa mengurangi volume sampah yang ada di tempat pembuangan sampah. Dengan begitu, jumlah sampah yang menumpuk bisa berkurang secara bertahap.
Namun, tetap saja ada beberapa yang harus diperhatikan dari pembangkit listrik satu ini. Misalnya, dalam proses pengolahan sampah menjadi listrik ada proses pembakaran yang justru menghasilkan emisi karbon. Padahal, tujuan penggunaan energi alternatif selain energi fosil adalah untuk meredam produksi emisi karbon tersebut.
Hal ini menjadi pekerjaan rumah baru terkait upaya mengatasi polusi pembakaran sampah dari PLTSa tersebut.
Tidak, baru saja kamu membaca serba-serbi tentang PLTSa sebagai salah satu solusi masalah sampah di Indonesia. Kamu juga bisa turut bergabung dan terkini tentang berbagai aktivitas go green di Instagram https://www.instagram.com/token.aha/ dan Telegram https://t.me/AnagataGlobal