Krisis iklim terasa makin memburuk. Hal itu terlihat dari siklus cuaca di Indonesia, yang biasanya sudah masuk musim kemarau pada April-September, tetapi sampai Juni 2022 masih dalam tahap musim pancaroba atau peralihan. Bukti lainnya adalah cuaca di daerah dataran tinggi seperti Puncak hingga Lembang Bandung, serta beberapa dataran tinggi favorit wisata sudah tidak sesejuk beberapa tahun silam.
Memang, apa sih krisis iklim itu? Apa penyebabnya hingga bagaimana solusi untuk meredam terjadinya krisis iklim? Baca artikel ini sampai habis, ya.
Apa Itu Krisis Iklim?
Krisis iklim adalah sebuah krisis yang disebabkan oleh perubahan iklim, yakni fenomena suhu rata-rata bumi meningkat dalam jangka waktu lama. Secara teoritis, penyebab utamanya adalah gas rumah kaca yang terjebak di stratosfer.
Kondisi itu disebut krisis iklim karena berpengaruh signifikan terhadap kehidupan manusia. Seperti risiko bencana alam, ketersediaan pangan yang bergantung kepada iklim, bahkan hingga keselamatan hidup umat manusia.
5 Penyebab Krisis Iklim
Ada 5 penyebab utama krisis iklim yang terjadi di dunia saat ini:
- Deforestasi
Deforestasi adalah fenomena penggundulan hutan. Dampak penggundulan hutan itu sangat besar kepada krisis iklim. Soalnya, hutan berperan sebagai paru-paru bumi. Hutan memproduksi oksigen dan menyerap emisi karbon. Dengan begitu, emisi karbon tidak terlepas ke atmosfer hingga membentuk gas rumah kaca.
Dengan kondisi hutan yang gundul, artinya tingkat penyaringan emisi karbon yang dilepas ke atmosfer menjadi lebih rendah dan tingkat gas rumah kaca yang tercipta meningkat drastis. Aksi deforestasi telah dilakukan manusia sejak era modern dengan tujuan untuk membuka lahan perkebunan, pertanian, pertambangan hingga pabrik dan properti.
- Geliat Industri Manufaktur
Ekspansi industri manufaktur dengan membangun banyak pabrik untuk memenuhi permintaan masyarakat ternyata juga berkontribusi besar dalam perubahan iklim. Pasalnya, bahan bakar yang digunakan oleh pabrik juga masih berasal dari energi fosil yang menjadi sumber emisi karbon terbesar.
- Penggunaan Transportasi Pribadi
Perkembangan manufaktur juga mendorong produksi otomotif yang tinggi sesuai dengan permintaan yang ada. Di sini, penggunaan transportasi pribadi juga menjadi penyebab terbesar perubahan iklim yang terjadi di dunia karena penggunaan energi fosil sebagai bahan bakarnya.
Sampai 2019, jumlah kendaraan pribadi yang ada di Indonesia mencapai sekitar 133 juta unit. Angka itu sudah jauh lebih tinggi 5% dibandingkan dengan 2018 yang sebanyak 126 juta unit maupun 2017 yang sebanyak 118 juta unit.
Dari angka tersebut, sudah terlihat setiap tahun jumlah kendaraan di Indonesia bertambah cukup pesat. Bayangkan itu terjadi di seluruh dunia, seberapa besar efeknya ke produksi gas rumah kaca di stratosfer?
- Produksi Energi
Pembuatan energi di sini adalah aktivitas pembakaran untuk menghasilkan energi yang bisa menggerakkan berbagai media yang dibutuhkan umat manusia. Misalnya, untuk menggerakkan mobil butuh pembakaran dengan BBM bensin yang berasal dari minyak mentah, salah satu energi fosil.
Lalu, untuk bisa menghasilkan listrik, dibutuhkan pembakaran dengan batu bara di pembangkit listrik. Aktivitas itu pun terus meningkat setiap tahunnya sehingga produksi emisi karbon juga terus naik hingga saat ini.
- Penggunaan Peralatan Elektronik Berlebihan
Dengan dasar produksi energi mayoritas masih berasal dari energi fosil, maka konsumsi listrik berlebihan juga menjadi kontributor utama pemanasan global yang terjadi saat ini. Pasalnya, semakin boros menggunakan peralatan elektronik, berarti tingkat konsumsi listrik juga meningkat. Dengan begitu, produksi listrik dengan bahan bakar energi fosil juga mengalami peningkatan drastis.
Baca Juga: Inilah Penyebab Terjadinya Perubahan Cuaca Ekstrem, Apa Solusinya?
5 Dampak Krisis Iklim
Beberapa dampak krisis iklim mungkin sudah dirasakan oleh umat manusia saat ini. 5 dampak utama krisis iklim antara lain:
- Penurunan Kualitas dan Kuantitas Air Bersih
Air tanah masih menjadi andalan banyak orang di dunia untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Jika suhu di bumi terus meningkat akibat perubahan iklim, artinya bisa meningkatkan kecepatan penguapan atau evaporasi. Hasilnya, jumlah air tanah semakin berkurang.
Padahal, tingkat konsumsi air tanah malah terus meningkat seiring kenaikan jumlah penduduk. Apalagi, perubahan iklim juga membuat curah hujan menjadi tidak merata. Dengan begitu, ada beberapa daerah yang berpotensi krisis air bersih lebih cepat dari daerah lainnya.
- Punahnya Beberapa Spesies Hewan dan Tumbuhan
Perubahan iklim membuat suhu di bumi meningkat. Dengan begitu, beberapa hewan dan tumbuhan yang bisa hidup di daerah dingin bahkan bersalju dan es terancam punah. Perubahan iklim juga berpotensi mengganggu rantai makanan dari serangga, hewan pemakan tumbuhan hingga hewan pemakan daging dan segala.
- Meningkatnya Wabah Penyakit
Perubahan iklim juga mengancam kesehatan manusia. Soalnya, dengan tingkat suhu di bumi yang makin panas telah meningkatkan jumlah serangga, seperti nyamuk. Ditambah, tingkat reproduksi serangga semakin tinggi karena kacaunya kondisi cuaca, seperti curah hujan tiba-tiba tinggi saat musim kemarau. Hasilnya, bakal sering muncul berbagai penyakit seperti, malaria, demam berdarah, hingga hepatitis A.
- Produksi Pertanian Terganggu
Salah satu dampak perubahan iklim yang paling besar lainnya adalah terganggunya produksi pertanian. Tingkat suhu bumi yang meningkat serta cuaca yang tidak teratur membuat risiko gagal panen meningkat. Kondisi itu bakal berisiko menciptakan krisis pangan di dunia.
- Tenggelamnya Pulau-pulau Kecil di Pesisir
Beberapa daerah pesisir kini sering dilanda banjir rob, yakni kenaikan ketinggian air laut, serta penurunan tanah. Ketinggian air laut meningkat karena suhu udara yang tinggi membuat pencairan es di daerah kutub, serta air laut yang menghangat hingga mengembang. Ditambah, penurunan permukaan tanah akibat produksi air tanah yang menurun di tengah konsumsi yang tinggi.
3 Solusi Hadapi Krisis Iklim
Tenang, kamu tidak harus pasrah dengan kondisi perubahan iklim yang terjadi saat ini. Ada 3 solusi yang bisa dilakukan untuk meredam krisis iklim, yaitu:
- Hemat Penggunaan Energi Fosil
Kamu bisa mulai menghemat penggunaan energi fosil. Contohnya seperti hemat penggunaan listrik, lebih pilih naik kendaraan umum ketimbang pribadi, sampai hemat dalam penggunaan produk dari industri manufaktur yang menggunakan banyak energi fosil.
- Sering Mendaur-ulang Penggunaan Barang
Salah satu cara untuk menghemat penggunaan produk manufaktur adalah dengan rajin mendaur-ulang penggunaan barang. Hal itu sangat membantu untuk meredam produksi manufaktur yang berlebihan karena didorong permintaan yang tinggi.
- Memilih Produk Ramah Lingkungan
Kini, banyak produk yang mengkampanyekan ramah lingkungan. Salah satu produk ramah lingkungan adalah bisa di daur ulang. Selain itu, beberapa produk ramah lingkungan lainnya adalah yang menggunakan energi alternatif seperti, pembangkit listrik tenaga surya, bioenergi, air, angin, hingga sampah.
Nah, kamu mau dukung berbagai aktivitas perjuangan untuk meredam krisis iklim? Kamu bisa memanfaatkan token AHA, yang bisa digunakan sebagai investasi, donasi, dan token transaksi yang terkait dengan inisiatif ramah lingkungan. Penasaran? Pahami serba serbi token AHA di sini!