Apa itu emisi karbon? Secara singkat emisi karbon merupakan gas yang muncul akibat proses pembakaran senyawa dengan kandungan karbon. Pada dasarnya, setiap aktivitas manusia akan menghasilkan emisi karbon karena bagaimanapun juga, kita bernapas dengan mengeluarkan gas karbon dioksida (CO2).
Nah, yang menjadi masalah di sini adalah emisi karbon yang dihasilkan oleh manusia tidak hanya berasal dari aktivitas alami seperti bernapas, tapi juga dari penggunaan kendaraan bermotor, kegiatan produksi, hingga menggunakan listrik berbasis batu bara. Tingginya emisi karbon ini lantas memicu terjadinya efek rumah kaca yang kemudian membuat suhu bumi naik.
Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi emisi karbon? Langkah apa saja yang harus dilakukan untuk menguranginya?
Apa Itu Emisi Karbon?
Pada dasarnya, emisi karbon adalah gas yang dihasilkan dari proses pembakaran senyawa dengan kandungan karbon, misalnya karbon dioksida, bensin, dan LPG (liquid petroleum gas). Data dari IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) menemukan bahwa emisi karbon merupakan penyumbang gas rumah kaca terbesar (63%).
Mengapa karbon berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia? Karbon dioksida merupakan gas rumah kaca yang menyerap radiasi dan mencegah panas keluar dari atmosfer bumi. Akibatnya, suhu bumi naik dan iklim pun berubah.
Baca Juga: Token Aha Galakan Program Kurangi Emisi CO2
Darimana Emisi Karbon Berasal?
Bisa dipastikan, hampir seluruh aktivitas yang dilakukan manusia akan menghasilkan emisi karbon. Jika melihat dari sektor ekonomi saja, menurut IPCC, berikut adalah aktivitas yang bisa memicu peningkatan emisi karbon:
- Produksi listrik dan panas (25%).
- Pertanian, kehutanan, dan penggunaan lain (24%). Poin ini mencakup pertanian dan juga deforestasi (penggundulan hutan).
- Industri (21%).
- Transportasi (14%).
- Energi lain (10%). Mencakup proses yang tidak secara langsung terkait dengan produksi listrik atau panas, seperti ekstraksi dan pemurnian bahan bakar.
Dampak dari Pembuangan Emisi Karbon Dalam Jumlah Besar Secara Terus-menerus
Seperti yang telah disinggung pada poin-poin sebelumnya, pembuangan emisi karbon dalam jumlah besar dan dilakukan secara terus-menerus bisa menimbulkan dampak yang berbahaya. Bahkan dampak tersebut tidak hanya memengaruhi kelangsungan hidup manusia, tapi juga kelestarian bumi sebagai tempat tinggal manusia.
Makin tinggi emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer, maka bumi akan kesulitan melepaskan panas. Sebab, inilah sifat dasar gas karbon dioksida: memerangkap panas! Hasilnya, panas pun terperangkap di dalam bumi. Sering merasa cuaca begitu terik akhir-akhir ini? Itulah salah satu dampak nyata tingginya emisi karbon di bumi.
Kegiatan Yang Telah Dilakukan Untuk Menekan Laju Emisi Karbon di Indonesia
Meski tidak mudah, sebenarnya sudah ada beberapa cara yang dilakukan untuk menekan laju emisi karbon. Berikut adalah beberapa di antaranya.
- Penerapan aturan emisi gas buang
Untuk bisa menekan laju emisi karbon, perlu ada aturan tegas dari pemerintah. Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa aturan yang ditujukan untuk mengurangi emisi karbon. Salah satunya adalah Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 66 Tahun 2020 tentang Gas Buang Kendaraan Bermotor. Jika diketahui kendaraan tidak layak jalan, maka pemilik akan dikenai sanksi.
- Restorasi lahan mangrove
Mengutip data dari Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), diketahui bahwa pemerintah telah merestorasi lahan gambut dan mangrove hingga 300 ribu hektar sepanjang tahun 2021. Pada 2022 ini, pemerintah menargetkan untuk bisa merestorasi 360 ribu hektare lahan gambut dan 228,2 hektare lahan mangrove.
- Penggunaan prinsip green building
Green building di sini berarti bangunan yang memiliki konstruksi ramah lingkungan. Tujuannya adalah agar lingkungan tetap lestari dan manusia pun terjamin kesehatannya. Prinsip green building tidak sebatas menambahkan tanaman pada bangunan, tapi keseluruhan prosesnya juga harus memperhatikan dampak terhadap lingkungan, mulai dari perencanaan, pembangunan, hingga pemeliharaan bangunan.
- Pengelolaan sampah dengan TPS3R dan teknologi Refuse Derived Fuel (RDF)
Teknologi TPS3R (tempat pengelolaan sampah reduce, reuse, recycle) membantu mengurangi masalah pencemaran lingkungan karena sampah. Selain itu, penerapan 3R juga mampu menghasilkan produk bernilai ekonomis. Sementara itu, RDF merupakan proses untuk mengubah sampah menjadi bahan bakar (biomassa).
- Penerapan perdagangan karbon
Perdagangan karbon adalah suatu aktivitas jual-beli kredit karbon. Jika suatu negara menghasilkan emisi di bawah batas yang ditetapkan, maka berhak mendapatkan kredit karbon. Sebaliknya, jika produksi emisi berlebih, maka akan dikenakan sanksi. Kredit karbon bisa digunakan saat negara tersebut perlu melakukan aktivitas yang akan menghasilkan emisi tinggi, namun sudah mencapai ambang batas yang ditentukan.
- Penerapan aturan pajak karbon
Baru-baru ini, Kementerian Keuangan menerapkan pajak karbon. Pajak ini diterapkan pada beberapa sektor industri yang menyumbang emisi karbon dalam jumlah besar seperti PLTU, transportasi, dan petrokimia.
Dalam jumlah besar, gas yang dihasilkan dari proses pembakaran senyawa dengan kandungan karbon dioksida. dapat menimbulkan dampak yang sangat berbahaya. Untuk itu, perlu tindakan nyata agar produksi emisi dapat ditekan. Sekarang kamu dapat berkontribusi langsung dalam berbagai green project di Indonesia melalui token AHA. Yuk, intip informasi lengkap mengenai token AHA di sini!